Jumat, 16 November 2012

Being A Scholarship Hunter

Awal tahun 2012 ini, salah satu target saya adalah mengirim aplikasi beasiswa. Syukur-syukur bisa keterima. Mehehehehe... Jadi, mari berbagi tentang ups and downs of being a scholarship hunter :D.

Dulu saya pernah dapet beasiswa untuk melanjutkan studi S2. Jadi sekarang pun masih ada yang nanya-nanya ke saya soal gimana caranya. Gak cuma itu, akhir-akhir inipun, karena status saya adalah scholarship-hunter, saya sama beberapa temen yang lain juga suka ngobrolin soal ini, saling berbagi info, saling menyemangati, dan berjanji bakal saling mengunjungi :D *oke, keliatan ya bahwa salah satu motif saya nyari beasiswa adalah pengen jalan-jalan*.

Anyway, dari pengalaman saya berburu beasiswa, ada beberapa hal yang  bagi saya penting for being a scholarship hunter.

Nothing is easy to the unwilling.

Salah satu modal utama jadi pemburu beasiswa: jangan malas. Mau usaha. Mulai dari step awal aja deh, Saya suka ketawa aja kalo ada yang nanya, nyari info beasiswa dimana ya? Just a reminder, we live in an internet era, where the world is just one click away. Google udah jadi kata kerja lho sekarang. Anyway, salah satu cara, ikut milis. Satu milis beasiswa yang saya ikut nih: http://groups.yahoo.com/group/beasiswa. Anyone here on twitter? Salah satu yang cukup informatif adalah akun @beasiswaIndo. Jangan males ngeklik link yang dikasih dari situs informasi itu. Jangan males membaca keterangan yang ada. Beberapa program beaiswa yang sudah established juga punya laman masing-masing. Ada beasiswa ADS (Australia), StuNed (Belanda), Fulbright (USA), Cheveningen (UK), atau DAAD (Jerman). In those sites, a complete package of information is available for you. Masih bingung dengan yang tercantum disana? They have the FAQ page. Still can’t find the answer for your question? Jangan malu (apalagi gengsi) untuk menghubungi mereka, by e-mail or by phone. Just a little note, kalau ingin menghubungi mereka, make sure tat you ask a particular question. Jangan nanya hal yang sudah bisa diketahui dengan membaca website mereka.
Contoh nih, daripada nanya: “Dokumen yang diperlukan apa aja ya?”. Lebih baik nanya: “Di website disebutkan bahwa fotokopi dokumen harus dilegalisir. Yang berhak melegalisir apakah cukup instansi tenpat saya bekerja atau harus dilegalisir oleh notaris, atau ada pihak lain?”. Be exact.

Udah sukses nyari info, jangan keder duluan liat persyaratannya. Banyak orang yang urung mengajukan aplikasi beasiswa cuma karena males duluan liat syarat-syarat administratif yang diperlukan. Gak rugi kok menyiapkan itu. Dan rasanya, tidak perlu sampai harus memindahkan gunung atau memasukkan jin ke dalam botol kan untuk sekedar menyiapkan fotokopi ijazah atau membuat CV?

Beberapa persyaratan lain mungkin terlihat agak serem. Misalnya saja, bikin research proposal. Hey, like most of the other things in this world, seringkali yang bikin susah itu adalah memulainya. So pull yourself together, and start doing it. It’s often get easier once you have started. Believe me.

If you really want it, you’ll find a way. If you don’t, you’ll find a reason.

Kalo emang bener-bener kepengen, pasti akan ada jalannya. Ini salah satu contoh dialog yang sering terjadi pada saya nih:

Mahasiswa: Saya pengen deh kayak Ibu, bisa sekolah ke luar negri.
Saya: Ya udah. Coba aja cari beasiswa
Mhs: Ah, susah Bu. Rata-rata minta TOEFLnya tinggi. Saya kan gak bisa bahasa Inggris.
Saya: Ya belajar dong.
Mhs: Susah Bu, saya dari dulu memang paling gak bisa bahasa Inggris.

Biasanya kalo udah gitu saya bakal nyengir, dan ngeloyor pergi. Gak ada gunanya dilanjutin. Udah ditunjukin jalan tapi tetep gak mau, ya udah, silakan jalan di tempat aja. Keep in mind that no great achievement comes easily.

You might find some difficulties in the application process. You can choose just to quit and walk away. But you also always have a choice to face it, to find a way, to look for help. People will think no less of you when you’re asking for help. And you can always pray for God for some help and enlightment.
Beberapa form beasiswa memang terlihat rumit (saya nyaris mabok waktu liat form ADS terbaru yang sampe 25 halaman lebih). Kalo memang gak niat, ya udah, gak usah diisi. Tapi kalo memang niat, take a closer and more careful look at it. It might not as complicated as when you had your first glance at it. And it often helpful if you discuss about it with others.

Beberapa beasiswa mensyaratkan bahwa si pelamar sudah punya pilihan universitas. Even better kalo sudah punya calon supervisor di universitas yang dituju. Bagi beberapa orang, ini salah satu stage yang paling memusingkan. Saya sendiri sempet maju-mundur lho untuk syarat yang ini. Lah, ngomong sama dosen sendiri pake bahasa Indonesia aja udah mikir banget. Apalagi ngomong ke dosen di universitas di luar negri, belum pernah ketemu, pake bahasa Inggris pula. Bahkan goyang itik pun terasa jauh lebih mudah daripada harus ngerjain tahap yang ini. But as I said before, it’s not that difficult. Saya dengan modal bahasa Inggris ala kadarnya berusaha mengirim e-mail pada beberapa profesor, cerita bahwa saya pengen studi lagi di bidang bla bla bla, punya background di bla bla bla..... Eh, ngeklik tombol send aja saya baca Bsimillah berkali-kali lho. Mhuahahaha...  Sebagian memang tidak merespon. Tapi banyak yang merespon balik :). See? It’s always worth a try. Don’t make it at the first attempt? Then give it another try. Again. And again. Soal menghubungi profesor untuk dimintai kesediaan jadi calon supervisor ini, saya suka baca di milis juga. Banyak kok yang suka share soal pengalaman mereka tentang ini.
People that Matters
Speaking in a personal opinion, bagi saya sukses tidaknya kita mengirim aplikasi beasiswa seringkali dibantu oleh banyak orang. Me myself as an example. Untuk mengirim aplikasi beasiswa, saya dibantu banyak temen. Ada yang bantu ngasih contoh e-mail ke profesor, contoh CV dan research proposal. Ada yang bantuin ngoreksiin research proposal. Ada yang saya todong buat ngejelasin isian form yang saya gak ngerti. I am so lucky to have these people as my friends. Berdasarkan pengalaman saya, yang suka bantuin soal beginian adalah sesama pencari beasiswa (secara merasa sesama senasib kali ya :D), atau yang pernah dapet beasiswa juga. These people who once were also awarded a scholarship usually eager to share their experience :). 

Gak cuma soal itu, beberapa beasiswa mensyaratkan ada surat rekomendasi yang dilampirkan. Biasanya yang diminta adalah dari dosen dari jenjang pendidikan terdahulu, atau atasan di instansi tempat bekerja. Once again, I feel so grateful that my supervisor when I was writing my thesis is like, one of the most wonderful people on earth. Udah pinter (banget-banget), baik hati, ganteng pula. Walopun saya sempet agak canggung ngimel dia untuk minta rekomendasi, ternyata dia dengan baik hatinya bersedia :D. Jadi jangan ragu untuk minta rekomendasi dari dosen kita dulu deh. Karena biasanya they will happily do it. Mereka rata-rata seneng kok kalo liat kita semangat pengen sekolah lagi ^_^ (hey, me myself is a lecturer, dan saya selalu ikut semangat kalo denger ada mahasiswa saya yang pengen sekolah lagi). 
Ooh, jangan lupa, soal surat rekomendasi ini, pastikan apakah ada format khusus yang perlu diikuti. Kalo ADS kemaren sih nggak ada format baku (I called ADS Office to make sure about it). Tapi Fulbright ada formatnya sendiri.

Selain hal-hal teknis tadi, bagi saya, temen dan orang-orang terdekat itu juga sumber motivasi dan semangat. Ada kok saat-saat dimana deadline aplikasi semakin mendekat, and we feel like we’re not going to make it. That’s when family and friends come to rescue :D. Gak cuma sebagai sumber motivasi dan semangat, beberapa orang bisa jadi sumber inspirasi. Some of the people I know are scholarship awardee. And talking with these people about their experience always become some kind of mood-booster for me and keep my spirit on fire.

If you fall, pick yourself off from the floor.  Get up.
Gagal sekali bukan berarti selamanya. Tahun lalu, aplikasi beasiswa saya untuk DAAD dan StuNed ditolak. Sedih sih. Tapi selalu ada kesempatan untuk mencoba lagi kan? Dan kalo kita berhenti begitu saja hanya karena satu kegagalan, kita otomatis menutup pintu kesempatan. Why should we complain about one single failure when God gives us the opportunity to try again 10 more times?
Temen saya ada dulu mencoba 4 kali sebelum akhirnya dapet beasiswa ADS. Another friend of mine, who is now in ANU, juga pernah gagal sebelum akhirnya keterima.
Iya, seringkali gagal itu terasa menyakitkan. But it shouldn’t stop us from getting up and try again. Banyak yang lupa bahwa memperoleh beasiswa itu adalah salah satu bagian dari proses. Dan proses itu gak instan. Memang ada beberapa yang lucky enough, baru satu kali ngirim aplikasi dan langsung keterima. Tapi jauh lebih banyak lagi yang harus mencoba lagi dan lagi sebelum akhirnya berhasil menggapai cita-cita mereka.  And this is another thingthat we should learn from other who have succeeded. Iya, sekarang kita lihat mereka sebagai orang yang sukses. Tapi jangan lupa juga untuk melihat perjuangan mereka untuk sampai ke titik itu.

God is there. Watching. Listening. Granting.

Usaha tanpa doa itu kesombongan semata. Dan saya selalu yakin, Tuhan itu baik. Maha Baik. Dia selalu denger kok doa kita apa. Dia selalu bisa melihat perjuangan kita seperti apa. Dan tentu saja, Tuhan selalu memberikan apa yang terbaik untuk kita.

This is where I end my posting for this time. Hopefully bisa membuat yang baca ikut semangat bergabung dengan saya dan laskar beasiswa lainnya. Ayo berjuang bersama! In the next posting, saya mau cerita soal pengalaman saya dengan salah satu program beasiswa :)

Ami, over and out!

*) Hey, I always love to talk and share about being a scholarship hunter. So if you want to talk more about it, feel free to contact me. I am usually available on my twitter account, or send me a message on my Facebook account*

**) Posting ini sebetulnya janji pribadi saya, dan juga janji saya sama Ambar :).

2 komentar:

  1. Thanks for sharing with us mbak *hugs* aku juga mau nyari2 beasiswa nih... Sambil les bing sama teman2.. Doain yaa :-)

    BalasHapus
  2. Aaaaaahhhhh ini yang kutunggu2!!! Thanks for sharing the experience!! Truly informative and reading your writing is always enjoyable :) I looovee your spirit and optimism to be a scholarship hunter :)and thanks for writing my name there.. feel honoured :D

    BalasHapus

Jumat, 16 November 2012

Being A Scholarship Hunter

Awal tahun 2012 ini, salah satu target saya adalah mengirim aplikasi beasiswa. Syukur-syukur bisa keterima. Mehehehehe... Jadi, mari berbagi tentang ups and downs of being a scholarship hunter :D.

Dulu saya pernah dapet beasiswa untuk melanjutkan studi S2. Jadi sekarang pun masih ada yang nanya-nanya ke saya soal gimana caranya. Gak cuma itu, akhir-akhir inipun, karena status saya adalah scholarship-hunter, saya sama beberapa temen yang lain juga suka ngobrolin soal ini, saling berbagi info, saling menyemangati, dan berjanji bakal saling mengunjungi :D *oke, keliatan ya bahwa salah satu motif saya nyari beasiswa adalah pengen jalan-jalan*.

Anyway, dari pengalaman saya berburu beasiswa, ada beberapa hal yang  bagi saya penting for being a scholarship hunter.

Nothing is easy to the unwilling.

Salah satu modal utama jadi pemburu beasiswa: jangan malas. Mau usaha. Mulai dari step awal aja deh, Saya suka ketawa aja kalo ada yang nanya, nyari info beasiswa dimana ya? Just a reminder, we live in an internet era, where the world is just one click away. Google udah jadi kata kerja lho sekarang. Anyway, salah satu cara, ikut milis. Satu milis beasiswa yang saya ikut nih: http://groups.yahoo.com/group/beasiswa. Anyone here on twitter? Salah satu yang cukup informatif adalah akun @beasiswaIndo. Jangan males ngeklik link yang dikasih dari situs informasi itu. Jangan males membaca keterangan yang ada. Beberapa program beaiswa yang sudah established juga punya laman masing-masing. Ada beasiswa ADS (Australia), StuNed (Belanda), Fulbright (USA), Cheveningen (UK), atau DAAD (Jerman). In those sites, a complete package of information is available for you. Masih bingung dengan yang tercantum disana? They have the FAQ page. Still can’t find the answer for your question? Jangan malu (apalagi gengsi) untuk menghubungi mereka, by e-mail or by phone. Just a little note, kalau ingin menghubungi mereka, make sure tat you ask a particular question. Jangan nanya hal yang sudah bisa diketahui dengan membaca website mereka.
Contoh nih, daripada nanya: “Dokumen yang diperlukan apa aja ya?”. Lebih baik nanya: “Di website disebutkan bahwa fotokopi dokumen harus dilegalisir. Yang berhak melegalisir apakah cukup instansi tenpat saya bekerja atau harus dilegalisir oleh notaris, atau ada pihak lain?”. Be exact.

Udah sukses nyari info, jangan keder duluan liat persyaratannya. Banyak orang yang urung mengajukan aplikasi beasiswa cuma karena males duluan liat syarat-syarat administratif yang diperlukan. Gak rugi kok menyiapkan itu. Dan rasanya, tidak perlu sampai harus memindahkan gunung atau memasukkan jin ke dalam botol kan untuk sekedar menyiapkan fotokopi ijazah atau membuat CV?

Beberapa persyaratan lain mungkin terlihat agak serem. Misalnya saja, bikin research proposal. Hey, like most of the other things in this world, seringkali yang bikin susah itu adalah memulainya. So pull yourself together, and start doing it. It’s often get easier once you have started. Believe me.

If you really want it, you’ll find a way. If you don’t, you’ll find a reason.

Kalo emang bener-bener kepengen, pasti akan ada jalannya. Ini salah satu contoh dialog yang sering terjadi pada saya nih:

Mahasiswa: Saya pengen deh kayak Ibu, bisa sekolah ke luar negri.
Saya: Ya udah. Coba aja cari beasiswa
Mhs: Ah, susah Bu. Rata-rata minta TOEFLnya tinggi. Saya kan gak bisa bahasa Inggris.
Saya: Ya belajar dong.
Mhs: Susah Bu, saya dari dulu memang paling gak bisa bahasa Inggris.

Biasanya kalo udah gitu saya bakal nyengir, dan ngeloyor pergi. Gak ada gunanya dilanjutin. Udah ditunjukin jalan tapi tetep gak mau, ya udah, silakan jalan di tempat aja. Keep in mind that no great achievement comes easily.

You might find some difficulties in the application process. You can choose just to quit and walk away. But you also always have a choice to face it, to find a way, to look for help. People will think no less of you when you’re asking for help. And you can always pray for God for some help and enlightment.
Beberapa form beasiswa memang terlihat rumit (saya nyaris mabok waktu liat form ADS terbaru yang sampe 25 halaman lebih). Kalo memang gak niat, ya udah, gak usah diisi. Tapi kalo memang niat, take a closer and more careful look at it. It might not as complicated as when you had your first glance at it. And it often helpful if you discuss about it with others.

Beberapa beasiswa mensyaratkan bahwa si pelamar sudah punya pilihan universitas. Even better kalo sudah punya calon supervisor di universitas yang dituju. Bagi beberapa orang, ini salah satu stage yang paling memusingkan. Saya sendiri sempet maju-mundur lho untuk syarat yang ini. Lah, ngomong sama dosen sendiri pake bahasa Indonesia aja udah mikir banget. Apalagi ngomong ke dosen di universitas di luar negri, belum pernah ketemu, pake bahasa Inggris pula. Bahkan goyang itik pun terasa jauh lebih mudah daripada harus ngerjain tahap yang ini. But as I said before, it’s not that difficult. Saya dengan modal bahasa Inggris ala kadarnya berusaha mengirim e-mail pada beberapa profesor, cerita bahwa saya pengen studi lagi di bidang bla bla bla, punya background di bla bla bla..... Eh, ngeklik tombol send aja saya baca Bsimillah berkali-kali lho. Mhuahahaha...  Sebagian memang tidak merespon. Tapi banyak yang merespon balik :). See? It’s always worth a try. Don’t make it at the first attempt? Then give it another try. Again. And again. Soal menghubungi profesor untuk dimintai kesediaan jadi calon supervisor ini, saya suka baca di milis juga. Banyak kok yang suka share soal pengalaman mereka tentang ini.
People that Matters
Speaking in a personal opinion, bagi saya sukses tidaknya kita mengirim aplikasi beasiswa seringkali dibantu oleh banyak orang. Me myself as an example. Untuk mengirim aplikasi beasiswa, saya dibantu banyak temen. Ada yang bantu ngasih contoh e-mail ke profesor, contoh CV dan research proposal. Ada yang bantuin ngoreksiin research proposal. Ada yang saya todong buat ngejelasin isian form yang saya gak ngerti. I am so lucky to have these people as my friends. Berdasarkan pengalaman saya, yang suka bantuin soal beginian adalah sesama pencari beasiswa (secara merasa sesama senasib kali ya :D), atau yang pernah dapet beasiswa juga. These people who once were also awarded a scholarship usually eager to share their experience :). 

Gak cuma soal itu, beberapa beasiswa mensyaratkan ada surat rekomendasi yang dilampirkan. Biasanya yang diminta adalah dari dosen dari jenjang pendidikan terdahulu, atau atasan di instansi tempat bekerja. Once again, I feel so grateful that my supervisor when I was writing my thesis is like, one of the most wonderful people on earth. Udah pinter (banget-banget), baik hati, ganteng pula. Walopun saya sempet agak canggung ngimel dia untuk minta rekomendasi, ternyata dia dengan baik hatinya bersedia :D. Jadi jangan ragu untuk minta rekomendasi dari dosen kita dulu deh. Karena biasanya they will happily do it. Mereka rata-rata seneng kok kalo liat kita semangat pengen sekolah lagi ^_^ (hey, me myself is a lecturer, dan saya selalu ikut semangat kalo denger ada mahasiswa saya yang pengen sekolah lagi). 
Ooh, jangan lupa, soal surat rekomendasi ini, pastikan apakah ada format khusus yang perlu diikuti. Kalo ADS kemaren sih nggak ada format baku (I called ADS Office to make sure about it). Tapi Fulbright ada formatnya sendiri.

Selain hal-hal teknis tadi, bagi saya, temen dan orang-orang terdekat itu juga sumber motivasi dan semangat. Ada kok saat-saat dimana deadline aplikasi semakin mendekat, and we feel like we’re not going to make it. That’s when family and friends come to rescue :D. Gak cuma sebagai sumber motivasi dan semangat, beberapa orang bisa jadi sumber inspirasi. Some of the people I know are scholarship awardee. And talking with these people about their experience always become some kind of mood-booster for me and keep my spirit on fire.

If you fall, pick yourself off from the floor.  Get up.
Gagal sekali bukan berarti selamanya. Tahun lalu, aplikasi beasiswa saya untuk DAAD dan StuNed ditolak. Sedih sih. Tapi selalu ada kesempatan untuk mencoba lagi kan? Dan kalo kita berhenti begitu saja hanya karena satu kegagalan, kita otomatis menutup pintu kesempatan. Why should we complain about one single failure when God gives us the opportunity to try again 10 more times?
Temen saya ada dulu mencoba 4 kali sebelum akhirnya dapet beasiswa ADS. Another friend of mine, who is now in ANU, juga pernah gagal sebelum akhirnya keterima.
Iya, seringkali gagal itu terasa menyakitkan. But it shouldn’t stop us from getting up and try again. Banyak yang lupa bahwa memperoleh beasiswa itu adalah salah satu bagian dari proses. Dan proses itu gak instan. Memang ada beberapa yang lucky enough, baru satu kali ngirim aplikasi dan langsung keterima. Tapi jauh lebih banyak lagi yang harus mencoba lagi dan lagi sebelum akhirnya berhasil menggapai cita-cita mereka.  And this is another thingthat we should learn from other who have succeeded. Iya, sekarang kita lihat mereka sebagai orang yang sukses. Tapi jangan lupa juga untuk melihat perjuangan mereka untuk sampai ke titik itu.

God is there. Watching. Listening. Granting.

Usaha tanpa doa itu kesombongan semata. Dan saya selalu yakin, Tuhan itu baik. Maha Baik. Dia selalu denger kok doa kita apa. Dia selalu bisa melihat perjuangan kita seperti apa. Dan tentu saja, Tuhan selalu memberikan apa yang terbaik untuk kita.

This is where I end my posting for this time. Hopefully bisa membuat yang baca ikut semangat bergabung dengan saya dan laskar beasiswa lainnya. Ayo berjuang bersama! In the next posting, saya mau cerita soal pengalaman saya dengan salah satu program beasiswa :)

Ami, over and out!

*) Hey, I always love to talk and share about being a scholarship hunter. So if you want to talk more about it, feel free to contact me. I am usually available on my twitter account, or send me a message on my Facebook account*

**) Posting ini sebetulnya janji pribadi saya, dan juga janji saya sama Ambar :).

2 komentar:

  1. Thanks for sharing with us mbak *hugs* aku juga mau nyari2 beasiswa nih... Sambil les bing sama teman2.. Doain yaa :-)

    BalasHapus
  2. Aaaaaahhhhh ini yang kutunggu2!!! Thanks for sharing the experience!! Truly informative and reading your writing is always enjoyable :) I looovee your spirit and optimism to be a scholarship hunter :)and thanks for writing my name there.. feel honoured :D

    BalasHapus